Senin, 22 Februari 2010

Info Olahraga

Perampingan “Host” SEA Games 2011


Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo urung menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI, Senin (15/2), di Gedung DPR/MPR Jakarta untuk membicarakan perihal SEA Games 2011 yang akan digelar di Indonesia.
Pasalnya, Foke, sapaan Fauzi Bowo, pada hari yang sama harus memenuhi undangan Komisi V membahas masalah banjir.
Dia pun mengutus Asisten Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemprov DKI Eff endy Anas. Empat gubernur yang wilayahnya ditunjuk KON (Komite Olahraga Nasional) sebagai lokasi pelaksanaan SEA Games 2011, diminta kehadirannya.
Kecuali Foke, tiga gubernur lainnya datang, yakni Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel) Alex Noerdin, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo.
Dalam pembicaraan dengan Komisi X, ada usulan tentang pengurangan jumlah lokasi perhelatan SEA Games 2011.
Salah satu pendapat dikemukakan anggota Komisi X Utut Adianto yang tak asing lagi sebagai Grand Master International (GMI) Catur.
“Saya mengusulkan agar SEA Games digelar di tiga provinsi saja, minus DKI. Pertimbangannya untuk mengurangi anggaran dan Jakarta sudah terlalu sering menjadi tuan rumah multievent. Mulai dari SEA Games 1977, 1987, 1997, serta PON berturutturut sejak 1973-1996,” papar Utut di Jakarta, Kamis (18/2).
Pertimbangan lainnya, menurut Utut, karena kurangnya antusiasme warga Jakarta. Hal itu dipicu menurunnya prestasi olah raga Indonesia sendiri sehingga warga ibu kota condong mengikuti perkembangan olah raga internasional.
”Orang-orang di Jakarta lebih ingin teratasinya dua masalah, yaitu kemacetan dan banjir,” ucap Utut. Sesama anggota Komisi X, Primus Yustisio, bahkan mengemukakan agar lokasi SEA Games 2011 hanya satu provinsi saja, dan Sumsel menjadi pilihan terbaik, karena masih terawatnya sarana yang digunakan pada PON 2004.
Tanpa APBD Pemprov Sumsel juga membangun fasilitas penunjang untuk SEA Games. “Kelebihan lainnya, mereka tidak menggunakan dana APBD, tapi dari gotong-royong masyarakat bisnis melalui CSR (corporate social responsibility),” sebut Utut.
Sumsel hanya meminta tambahan dana APBN senilai 416 miliar rupiah untuk membangun wisma atlet yang dapat menampung 4.000 orang. Lain halnya dengan Jateng, misalnya, yang mengambil dana APBD senilai 50 miliar rupiah dan membutuhkan 274 miliar rupiah dari APBN.
Jabar mengajukan 270 miliar rupiah dari APBN, sedangkan DKI belum menyebutkan besarannya. Pemerintah pusat telah menyiapkan 300 miliar rupiah dan butuh tambahan 1,5 triliun rupiah untuk SEA Games 2011.
Perinciannya adalah untuk sarana 300 miliar rupiah, prasarana 200 miliar rupiah, persiapan keberangkatan tim Indonesia 75 miliar rupiah, persiapan tim Indonesia 500 miliar rupiah, dan penyelenggaraan 500 miliar rupiah.
Penunjukan tuan rumah tunggal untuk pelaksanaan SEA Games tahun depan itu dipercaya akan lebih efektif.
“Kemeriahan dan spirit multievent juga lebih terasa. Begitu pula kebersamaan dan warisan terbesar olah raga yaitu persahabatan,” cetus Utut.
KON sebelumnya menetapkan empat provinsi penyelenggara karena ingin memberikan kesempatan bagi daerah di luar Jakarta demi perkembangan olah raga nasional.
Dari 37 cabang olah raga (cabor) yang akan dipertandingkan, 12 cabor dipusatkan di DKI, Jabar 11, Sumsel delapan, dan Jateng enam.
Koran Jakarta, 19 Februari 2010

Kamis, 18 Februari 2010

SEA Games 2011 'Sumsel Paling Siap, Jakarta Meragukan'

Anggota Komisi X yang juga pecatur nasional, Utut Adianto, menilai Sumatera Selatan yang paling siap untuk menggelar perhelatan SEA Games XXVI Indonesia 2011 dibanding Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkam keraguan juga dialamatkan Utut kepada DKI JakartaPenilaian tersebut muncul dari hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR-RI dengan para kepala daerah calon tuan rumah SEA Games di Gedung DPR RI, Senin (15/2/2010)."Secara pribadi saya menilai Sumsel lebih siap ketimbang empat daerah lainnya. Pasalnya, mereka telah membangun sejumlah sarana dan prasarana baru di Kompleks Olahraga Jakabaring dengan dana gotong-royong. Sementara, daerah lainnya masih menunggu kucuran dana dari APBN untuk memulai persiapan karena APBD mereka tidak mencukupi," kata Utut Adianto kepada wartawan, Senin (13/2/2010).Berdasarkan keputusan Wakil Presiden (saat itu) Jusuf Kalla di tahun 2006, telah ditunjuk tiga daerah sebagai calon tuan rumah penyelenggara SEA Games XXVI Indonesia 2011 yakni Sumatera Selatan, Jawa Barat, serta Jawa Tengah. Sedangkan, DKI Jaya dianggap siap karena pernah menyelenggarakan hajatan negara-negara Asia Tenggara itu yakni, 1979, 1987, serta 1997."Saya rasa memang DKI Jaya tak ada urgensinya untuk ikut mencalonkan diri. Fokus daerah ini hanya soal penanganan banjir dan kemacetan lalu lintas. Selain itu, jika SEA Games digelar di Jakarta dikhawatirkan tak banyak penonton yang menyaksikan. Tapi sebaliknya justru di daerah SEA Games akan ditonton banyak orang karena merupakan kebanggaan bagi mereka, daerahnya bisa menggelar perhelatan itu," sambung Utut mengenai peluang DKI Jakarta jadi salah satu tuan rumah.Ia juga mengatakan, karena DKI Jaya tidak termasuk daerah yang ditunjuk oleh Jusuf Kalla ketika itu, maka rencana 12 cabang olahraga (cabor) yang akan digelar di Ibukota sebaiknya dilimpahkan kepada Sumatera Selatan (9 cabor) dan Jawa Tengah (3 cabor).Ketika ditanyakan kemungkinan perhelatan SEA Games nanti hanya difokuskan kepada satu daerah saja yakni Sumatera Selatan yang dinilai lebih siap. Utut menilai semua keputusan itu akan tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)."Nantinya akan dibentuk Panitia Kerja (Panja) SEA Games DPR yang akan merekomendasikannya kepada Presiden yang dituangkan melalui Perpres. Bisa saja terjadi keputusan SEA Games hanya digelar di satu provinsi saja. Itupun tergantung pada keputusan Presiden jika memang beliau melihat untuk menggelar di tiga provinsi dananya terlalu boros," tandas pecatur yang berpredikat Grand Master (GM) itu.

detik.com/Selasa, 16 Februari 2010

Rabu, 17 Februari 2010

Info Olahraga

Utut : Dana 1 Miliar Bukan Hanya Untuk Irene



Suntikan dana Rp 1 miliar yang dikucurkan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemennegpora) era Adhyaksa Dault bukan hanya diperuntukkan bagi GMW Irene Kharisma Sukendar, melainkan dana itu juga untuk peningkatan prestasi pecatur putra dan putri Indonesia.
"Pak Adhyaksa Dault memberikan dana itu sebagai penghargaan atas prestasi yang telah dicapai pecatur Indonesia, yakni Susanto Megaranto, yang meraih gelar Grand Master dan Irene yang menyandang gelar Grand Master Wanita. Dana itu diberikan untuk membantu program peningkatan prestasi catur Indonesia dan tidak benar kalau hanya diperuntuk-kan bagi Irene Kharisma Sukendar," kata mantan Wakil Ketua PB Percasi GM Utut Adianto, yang kini menjadi Ketua Liga Catur Indonesia, - menanggapi pernyataan Irene yang mempertanyakan masalah dana tersebut.
Menurut Utut Adianto,yang juga anggota Komisi X DPR RI, dana itu dijanjikan mantan Mennegpora Adhyaksa saat menerima pengurus PB Percasi termasuk Irene, Januari 2009. Namun, dana itu baru cair November 2009.Selama dana itu belum cair, kata Utut, PB Percasi menjalankan program pembinaan dengan mengirimkan beberapa pecatur ke berbagai event internasional, termasuk mendatangkan pelatih GM Lasha Janjava.Kini, pelatih asal Rusia GM Ruslan Scherbakov kembali didatangkan untuk menangani Irene dan Susanto. Hal ini untuk mengantisipasi akan dipcrtandingkannya catur di Asian Games Guangzhou, November 2010.
"Semua penggunaan dana untuk program peningkatan prestasi yang diminta itu jelas tercatat Kita tidak mungkin menunggu dana keluar baru menjalankan program pembinaan yang sudah dicanangkan Januari hingga Desember 2009. Jadi, selama ini kita menggunakan dana talangan," ujar Utut Adianto.Dalam acara penghargaan Universitas Gunadharma (UG) Mind Sport Award yang digelar Universitas Gunadharma di Kampus Gunadharma, Depok, kemarin, Irene mempertanyakan penggunaan dana Rp 1 miliar yang dikucurkan mantan Mennegpora Adhyaksa Dault
"Saya tahu dana itu memang bukan hanya diperuntukan bagi saya, melainkan juga untuk pembinaan catur Indonesia. Tapi, saya hanya mempertanyakan penggunaannya," kata Irene, yang menerima penghargaan UG Mind Sport Award yang dihadiri Mennegpora Andi Alifian Mallarangeng.Sementara itu, Andi Mallarangeng menghargai keterlibatan Universitas Gunadharma dalam upaya mengangkat prestasi olahraga catur dan bridge. Dan, ia mengucapkan terima kasih kepada pihak pengelola Universitas Gunadharma yang memberikan beasiswa kepada atlet-atlet nasional yang menjadi mahasiswa.
Suara Karya, 17 Februari 2010

Selasa, 16 Februari 2010

Info Olahraga

Persiapan SEA Games 2011

DPR Tolak Pelaksanaan di Empat Propinsi



Keputusan Komite Olahraga Nasional Indonesia untuk menggelar SEA Games XXVI di empat provinsi di Indonesia mendapat tentangan dari Komisi X DPR RI. Dari segi anggaran, penyelenggaraan di empat tempat tersebut terlalu mahal, sedangkan anggaran dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga sangat terbatas. "Jika diselenggarakan di empat provinsi berbeda, biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun dan memperbaiki fasilitas menjadi terlalu mahal," kata salah satu anggota Komisi X Utut Adianto di sela-sela acara pembahasan anggaran SEA Games XXVI/2011 di Gedung DPR, Senin (15/2). Sebelumnya, KON/KOI mengeluarkan surat keputusan yang menyatakan bahwa pesta olahraga se-Asia Tenggara 2011 akan diadakan di Sumatra Selatan, Jawa barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Namun, DPR menilai hanya Sumatra Selatan yang telah siap. Dalam rapat pembahasan anggaran tersebut, keempat provinsi meminta pemerintah mengeluarkan dana hingga Rp1,13 triliun. Jumlah itu jauh lebih besar dari total anggaran yang disiapkan Menpora untuk pembenahan infrastruktur SEA Games di Indonesia, yaitu Rp300 milyar. Untuk itu, DPR akan merekomendasikan KONI untuk menetapkan dua kota saja sebagai penyelenggara ajang dua tahunan tersebut. "Kami akan merekomendasikan KONI untuk menetapkan satu atau dua kota saja. Kalau bisa, Jakarta tidak usah bertindak sebagai penyelenggara karena sudah sering menjadi tuan rumah dalam acara ini, terakhir pada 1997 silam," tambah Utut. Gubernur Sumsel Alex Nurdin menyatakan kesanggupannya bila daerah yang dipimpinnya ditunjuk sebagai tuan rumah. Pihaknya mengaku sedang membangun Kompleks Olahraga Jakabaring yang memiliki fasilitas komplet untuk bagi para atlet. Ia juga menyatakan kesanggupannya untuk menggelar 16 cabang olahraga dalam SEA Games. Penentuan cabang-cabang ini baru akan dipastikan April mendatang. "Perencanaan sudah mencapai 50 persen dan direncanakan sudah selesai dibangun pada Juni 2011 mendatang," kata Alex di kesempatan yang sama. Meski demikian, ia masih membutuhkan suntikan dana sebesar Rp416 miliar untuk membangun wisma atlet. Dana sebanyak itu diharapkan mengucur dari APBN, tapi belum ada tanggapan dari pihak Kemenpora.


Selasa, 09 Februari 2010

Info Olahraga

Menpora Lantik Atlet dan Pelatih Jadi PNS


Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Andi Alifian Mallarangeng secara melantik 67 atlet dan pelatih sebagai pegawai ngeri sipil (PNS) di jajaran kementrian Menegpora. Para atlet tersebut di antaranya, pelari maraton Triyaningsih, atlet voli pantai Koko Prasetyo, pelari jarak pendek Suryo Agung Wibowo. Pelantikan berlangsung di kantor Mennegpora Senin (8/1) berbarengan dengan 45 calon PNS lain non atlet."Mereka nanti akan bertugas di jajaran staf Menegpora, tetapi ada juga yang akan dikirim ke daerah," kata Andi Mallarangeng. Salah satu contohnya, kata Andy, pelari andalan Indonesia triyaningsih yang telah menyumbangkan dua medali emas di SEA Games 2009 di Laos kemarin akan dikirim ke Jawa Tengah. "Dia di sana bisa sekalian berlatih," kata Andy.Penempatan posisi kerja, menurut Andy akan disesuaikan dengan keahliannya. "Kita menempatkannya fleksibel," kata mantan juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Apabila daerah membutuhkan, mereka akan dikirim ke daerah.Untuk dapat menjadi PNS, Andi menambahkan atlet dapat mengajukan lamaran kerja. Mereka harus memenuhi persyaratan, misalnya, meraih emas dalam kejuaraan Pekan Olahraga Nasional, atau minimal perak SEA games. Segi usia juga tidak boleh melebihi aturan umum yang berlaku. Tetapi, menurut Andy, tidak semua atlet mau menjadi PNS. "Menjadi PNS adalah panggilan hati," kata dia.Triyaningsih menyatakan bahagia dengan pengangkatannya sebagai PNS golongan II A, terlebih lagi dirinya bisa berada di Jawa Tengah. "Saya bisa tetap melakukan persiapan latihan bersama pelatih Alwi Mugiyanto di Lokomotif Atletik di Salatiga," kata pelari jarak 5000 meter itu. Namun, dirinya mengaku belum tahu posisi apa yang akan dipegangnya.Koko yang menjadi andalan cabang voli pantai, meraih emas di SEA Games laos, mengaku telah lama menanti hari pengangkatannya sebagai PNS. "Sekarang sudah Plong. Dengan menjadi PNS berarti ada jaminan hari tua," kata Koko sambil memegang baju batik biru PNS-nya. Setelah pelantikan, Koko akan langsung ke Palembang dan berlatih mempersiapkan diri menghadapi program try out di kejuaraan Asia Pasifik di Thailand, 7 April mendatang.
Tempo Interaktif, Senin 8 Februari 2010

Kamis, 04 Februari 2010

Info Olahraga

Atlet Muda Diabaikan
Pemerintah Jangan Hanya Urusi Atlet Senior



Pemerintah dikritik sangat sibuk mengurusi atlet elite senior yang disiapkan berlaga di ajang multicabang internasional, tetapi lalai membantu pembinaan atlet yunior dan remaja. Akibatnya, fondasi olahraga nasional menjadi lemah dan atlet senior terancam tidak memiliki penerus.
Demikian rangkuman wawancara Kompas dengan petinggi Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), Rabu (3/2) di Jakarta.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PASI Budi Darma Sidi mengatakan, ada tiga kategori atlet elite di Indonesia, yakni elite senior, elite yunior, dan elite remaja. ”Semuanya perlu mendapat perhatian. Namun, sejauh ini pemerintah kelihatan hanya sibuk mengurusi elite senior,” ujar Budi.
Budi tidak mengabaikan pentingnya membina elite senior yang disiapkan untuk turun di ajang seperti SEA Games, Asian Games, bahkan mungkin olimpiade. Namun, dengan sumber daya yang melimpah, pemerintah sebenarnya memiliki kemampuan untuk tidak hanya mengurusi atlet elite senior.
”PB (pengurus organisasi cabang olahraga) tidak akan mampu mengurusi ketiga kelompok atlet elite itu. Bantuan pemerintah sangat diperlukan,” kata Budi di Stadion Madya, Jakarta.
Ia mengingatkan, kegagalan membina elite yunior dan remaja akan membuat fondasi olahraga nasional lemah. ”Begitu atlet senior pensiun, semuanya habis karena penerusnya tidak ada,” ujarnya.
Saat ini tidak hanya atlet yunior yang disediakan ajang khusus. Atlet remaja juga memiliki ajang yang khusus diperuntukkan bagi mereka. Bahkan wujudnya berupa multicabang.
Di level Asia, atlet remaja mempunyai Asian Youth Games yang diadakan pertama kali pada 2009. Mereka juga memiliki Olympic Youth I yang rencananya digelar di Singapura tahun ini. Kehadiran ajang semacam itu, menurut Budi, memberi dampak positif.
”Atlet termotivasi sejak remaja untuk berkompetisi melawan sesama atlet remaja dari negara lain. Jadi, mereka berkesempatan tampil tanpa perlu bersaing dengan atlet senior,” tutur Budi.
PPLP dan PPLM
Sekretaris Umum PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengungkapkan, dua lifter peraih medali Olimpiade 2008, Eko Yuli Irawan dan Triyatno, menjalani pembinaan sejak delapan tahun sebelumnya, atau sejak 2000. ”Mereka dibina sejak masih sangat belia. Jadi, pembinaan atlet remaja sangat penting kalau Indonesia memang ingin mempunyai atlet senior yang berprestasi,” ujarnya.
Eko dan Triyatno berasal dari Kota Metro, Lampung. Dilatih pertama kali di Metro, di sebuah sasana sederhana, mereka hijrah ke Parung, Bogor, sebelum akhirnya pindah ke Kalimantan Timur. Eko dan Triyatno berpindah-pindah dari satu sasana ke sasana lainnya.
Alamsyah lantas menyoroti PPLP dan PPLM yang dikelola pemerintah. Keduanya seharusnya menjadi sumber bibit lifter muda. Namun, keberadaannya justru tidak pernah dirasakan oleh PB PABBSI.
”Terus terang, kami (PB PABBSI) tidak pernah diajak be- rembuk dalam mengurusi PPLP atau PPLM. Bahkan, kami tidak tahu PPLP berada di mana saja,” ujarnya.
”Dahulu, waktu saya masih bersekolah di Sekolah Ragunan (1980-an), kehadiran kami di kejuaraan nasional selalu menjadi pembicaraan. Sekarang, situasinya sudah tidak seperti itu lagi,” kata Alamsyah.
Ia pun merasa ada kesenjangan luar biasa antara sikap pemerintah yang sibuk mengurusi elite senior dan situasi pembinaan lifter remaja di bawah tanggung jawab pemerintah.
”Jadi, pada satu sisi kita berbicara mengenai pencapaian SEA Games dan sebagainya, tetapi pada sisi lain infrastruktur pembinaan atlet remaja yang menjadi tanggung jawab pemerintah kelihatan keropos,” kata Alamsyah.
Jika dana pembinaan atlet muda terbatas, Alamsyah menyarankan pemerintah hanya fokus pada olahraga yang dipertandingkan dalam olimpiade. (ato)


Kompas, 4 Februari 2010

Rabu, 03 Februari 2010

Info Olahraga

ASIAN GAMES
Catur Sewa Ruslan Scherbakov


Agar persiapan atlet catur ke Asian Games 2010 tidak terkendala, Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia memilih untuk mengeluarkan dana dari kantong sendiri terlebih dulu meskipun usulan anggaran telah diajukan ke KONI. Dana yang dikeluarkan antara lain digunakan untuk menyewa pelatih catur dari Rusia, Ruslan Scherbakov.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem, Selasa (2/2) di Jakarta, jika harus menunggu dana, latihan untuk dua pecatur ke Asian Games, GMW Irene Kharisma Sukandar dan GM Susanto Megaranto, akan terbengkalai. Sebab, proses menyewa pelatih harus dilakukan jauh hari. Scherbakov akan datang ke Indonesia pada 20 Februari 2010.
”Untuk melatih Irene dan Susanto, Scherbakov dibayar 3.000 euro (Rp 39 juta) sebulan hingga bulan Mei 2010. Jumlah itu belum termasuk akomodasi dan transportasi selama di Indonesia,” ujar Kristianus.
Selama dilatih Scherbakov, Irene dan Susanto juga akan mengikuti uji coba di Kuala Lumpur Open dan Kejuaraan Asia Perorangan di Filipina.
Bulan Mei, Irene dan Susanto akan berangkat ke Odessa, Ukraina, belajar kepada pelatih Vladimir Tukmakov yang dibayar 3.500 euro (Rp 46 juta) sebulan. Keduanya akan mengikuti beberapa turnamen di Eropa sebagai ajang uji coba sebelum bertolak ke Guangzhou, China, November 2010.
”Diharapkan keduanya sudah menjadi Irene dan Susanto yang lain,” kata Kristianus.
Scherbakov dan Tukmakov termasuk dua pelatih andal. Scherbakov telah beberapa kali mengantarkan pecatur Rusia menjadi juara dunia. Dia pernah tinggal dua tahun di India dan membawa tim India menjadi tim catur kuat di dunia. Adapun Tukmakov pernah mengantarkan Ukraina menjadi juara dunia.
”Diharapkan salah satu dari dua pelatih ini nanti juga ikut ke Asian Games karena dia akan menganalisis bagaimana situasinya. Catur itu sangat dipengaruhi oleh keadaan waktu itu. Sedikit saja konsentrasi goyah, atau hati tidak enak, bisa hancur. Pecatur memang harus ditempel pelatihnya,” ujar Kristianus.
Untuk kategori perorangan, kompetisi catur di Asian Games memang berat. Ini karena pecatur hanya akan bertanding satu kali melawan satu negara. Misalnya, Irene melawan pecatur China sekali, lalu dengan pecatur India sekali. ”Jadi, kalau kalah ya sudah, tamat,” ujarnya.
Untuk catur beregu, Indonesia belum memiliki tim yang tangguh. ”Kalau beregu sudah pasti tidak punya kesempatan, sangat berat,” kata Kristianus lagi.
Ia menambahkan, pelatih catur Indonesia saat ini lebih untuk lawan bermain. Ini berbeda dengan tugas pelatih dunia yang juga meriset, mencari data, dan terus mengantisipasi berbagai langkah.
Kendati demikian, Percasi tidak memasang target memperoleh medali. ”Di atas kertas, kami tidak bisa janji apa-apa. Namun, kalau peluang medali akan tetap ada,” ujar Kristianus.
Tiga atlet panahan
Sementara itu, Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (PB Perpani) berencana mengirimkan tiga atletnya ke Asian Games, yakni Rina Dewi Puspitasari, Dewi Yuliana, dan Novia Nuraini.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Perpani Leane Suniar Manurung, Selasa, mengatakan, ketiga atlet itu merupakan penyumbang medali emas pada SEA Games 2009 Laos sehingga berhak untuk diikutkan dalam pemusatan latihan yang rencananya digelar pada Agustus mendatang di Korea Selatan. ”Namun, kami belum dapat menargetkan medali untuk Asian Games ini,” kata Leane di Jakarta.
Menurut Leane, penyusunan program latihan untuk cabang panahan menjelang Asian Games akan dilakukan setelah Musyawarah Nasional PB Perpani pada 18-19 Februari di Jakarta.
Hingga kini PB Perpani juga belum memiliki sumber dana untuk program latihan para atlet Asian Games tersebut. ”Kami masih menunggu kucuran dana dari KONI. Selama ini, atlet hanya latihan sendiri,” ujarnya.
Kompas, 3 Februari 2010