Senin, 31 Mei 2010

Menghadiri Catur Buta dengan Napi di LP Cipinang

Jumat, 21 Mei 2010

Politik

KEBANGSAAN
Presiden Mengakui Pancasila 1 Juni 1945



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dipastikan akan menghadiri peringatan hari lahir Pancasila pada 1 Juni mendatang yang diadakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Kamis (20/5), seusai bertemu Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas.

Dalam pertemuan itu, Djoko didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, sedangkan Taufiq didampingi Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman.

”Kedatangan saya (menemui Taufiq Kiemas) diutus Bapak Presiden untuk bersama dengan Ketua MPR dan pimpinan DPD

merumuskan peringatan acara 1 Juni nanti,” kata Djoko.

Djoko menuturkan, pada 1 Juni 1945, Bung Karno berpidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam pidato itu muncul gagasan tentang landasan, bagaimana dasar negara yang akan dianut apabila nanti kemerdekaan diproklamasikan. ”Presiden sudah sepakat akan hadir dalam peringatan acara tersebut,” ungkapnya.

Airlangga Pribadi Kusman, pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, menilai, rencana kehadiran Presiden dalam peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni merupakan sejarah.

Kehadiran Presiden merupakan pengakuan bahwa Pancasila hadir pertama kali sebagai konsep dasar bernegara pada 1 Juni 1945. ”Pemerintahan Orde Baru selalu memperingati Pancasila pada 18 Agustus saat Pancasila secara resmi ditetapkan sebagai dasar negara,” ujar Airlangga.

Kompas, 21 Mei 2010

Rabu, 19 Mei 2010


Memberikan selamat kepada Pengurus Karangtaruna Mandira Banjarnegara
Di tengah-tengah wartawan olahraga

Sidak Ke Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Purbalingga

Diskusi RUU Kepramukaan Bersama KH. Sholahudin Wahid

Menerima Pengadun Forum Guru Honorer TK Kabupaten Kendal

Info Olahraga

Terpuruknya Bulu Tangkis Kita



Kekalahan tim Indonesia dalam turnamen Piala Thomas dan Uber sungguh menyakitkan. Kita semakin tenggelam dalam krisis prestasi yang berkepanjangan. Realitas ini kian mendesak kita untuk melakukan gebrakan. Harus ada perombakan organisasi dan pembinaan atlet agar bulu tangkis berjaya lagi.

Sudah delapan tahun, sejak 2002, Piala Thomas tak pernah lagi digenggam Indonesia. Kemampuan pemain-pemain kita pun tampak jauh ketinggalan dibanding pemain negara lain. Buktinya, pekan lalu tim Merah Putih ditekuk Cina dengan mudah, 0-3, di final Piala Thomas. Sebelumnya, tim Uber Indonesia menyerah kepada Cina di semifinal Piala Uber juga dengan skor 0-3.

Padahal dulu kita adalah jawara di bidang olahraga ini, mengalahkan raksasa bulu tangkis seperti Cina atau Malaysia. Indonesia pernah juara Thomas 13 kali. Kejayaan ini seolah tanpa bekas. Dalam empat kejuaraan Piala Thomas terakhir, Indonesia tak bisa merobohkan dominasi "Tembok Cina". Di Piala Uber, prestasi Indonesia lebih jeblok. Tim Indonesia terakhir kali meraih Piala Uber 14 tahun lalu.

Terpuruknya prestasi itu sebenarnya tak mengejutkan kalau melihat kinerja Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, hampir tak ada terobosan yang dilakukan PBSI. Organisasi ini masih dikelola dengan cara kuno: memasang pejabat atau jenderal sebagai ketua umum. Dulu cara ini berguna untuk mendapatkan dana dan sponsor. Tapi sekarang, di era reformasi, menjadi kurang relevan. Atlet-atlet bulu tangkis Indonesia adalah pemain kelas dunia, jadi tak akan sulit mencari sponsor. Serahkan PBSI kepada para ahli bulu tangkis. Itu akan membuat prestasi bulu tangkis kita bisa berkembang.

Yang paling krusial dirombak adalah sistem pembinaan atlet, dari pentingnya menggulirkan kompetisi rutin hingga pemberdayaan klub-klub. Sekarang kompetisi bulu tangkis di tingkat daerah atau nasional nyaris tak ada gaungnya. Klub-klub hebat, seperti Pelita Jaya di Jakarta, Suryanaga di Surabaya, Mutiara di Bandung, kini juga semakin redup. Dulu Pelita Jaya melahirkan Icuk Sugiarto dan Mutiara membuahkan pemain ganda hebat Christian Hadinata.

Kita perlu belajar pada kebangkitan bulu tangkis Cina dan Korea dalam beberapa tahun terakhir. Korea adalah negeri yang patut diteladani. Dalam final Piala Uber 2010, siapa menyangka tim Korea Selatan bisa mengalahkan Cina 3-1. Selain mempunyai daya juang yang luar biasa, pemain Korea Selatan sigap bergerak. Dua hal itu tak dimiliki para pemain Indonesia. Mereka lamban dan tidak gigih. Pemain Korea Selatan telah berlatih dengan teknologi modern sehingga otot mereka lebih langsing dan lincah.

Pemerintah seharusnya lebih serius pula mendukung olahraga ini. Misalnya lewat kebijakan yang mendorong kalangan pengusaha ikut membantu pengembangan atlet bulu tangkis. Pemerintah juga bisa menyokong penjaringan atlet berbakat lewat pendidikan dengan rutin menggelar kompetisi bulu tangkis di tingkat sekolah dasar dan menengah.

Semua upaya itu harus dilakukan karena di cabang bulu tangkis--bukan cabang sepak bola atau yang lainnya--Indonesia telah menjadi jawara dunia. Kejayaan ini seharusnya bisa dipertahankan jika kita berhenti mencetak atlet yang andal.

Koran Tempo, 18 Mei 2010

Info Olahraga

Target Prima, Olimpiade 2012


Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Prima) Tbno Suratman menyatakan program latihan atlet Indonesia akan dibuat secara berkesinambungan. Program itu akan dimulai untuk mempersiapkan atlet di Asian Games 2010, SEA Games 2011, dan Olimpiade 2012.

"Akan kami buat program latihan atlet Indonesia ini sebagai program jangka panjang. Kami minta pengurus cabang-cabang olahraga di Indonesia untuk bekerja sama dengan Prima. Jadi program yang akan kami susun bukan untuk Asian Games 2010 saja, tapi juga untuk SEA Games 2011 dan Olimpiade 2012,"kata Tbno setelah memimpin rapat para pengurus cabang olahraga dengan Prima di Jakarta kemarin.Menurut Tbno, Olimpiade 2012 akan dijadikan sasaran strategis bagi program latihan atlet Indonesia dalam Prima. "Ini karena pada Olimpiade 2012 di London kami menargetkan mengirim 50 atlet,"Tbno melanjutkan.

Salah satu program terpenting yang harus segera dilakukan oleh masing-masing cabang olahraga saat ini adalah menentukan pelatih, terutama untuk cabang-cabang yang akan berangkat ke Asian Games 2010 di Guangzhou, November mendatang.Untuk pelatih asing, Prima mengharapkan persyaratan memilih pelatih terbaik yang nilai kontraknya bisa dijangkau oleh anggaran yang disediakan. "Salah satu kriteria pelatih asing terbaik itu adalah minimal enam tahun menjadi pelatih nasional. Dan itu kami serahkan kepada masing-masing pengurus cabang," ujar Tono.

Menyangkut lembaga komisi atlet dalam Prima, Tono mengungkapkan jumlah anggota yang akan dipilih berjumlah tujuh sampai sembilan orang. Beberapa nama sudah masuk pantauan Prima, seperti Yayuk Basuki, yang akan menjadi ketua. Nama-nama lain adalah Wa-ilan Wailalangi, Rosiana Tendean, Elfira Nasution, dan Krisno Bayu. "Komisi atlet ini akan menjadi pembekal pada atlet-atlet yang sedang menjalani pelatnas," kata Tono Yayuk menyatakan komisi atlet juga berfungsi menghubungkan komunikasi para atlet."Komisi atlet juga bisa untuk menampung aspirasi atlet. Kadang-kadang kan ada atlet yang punya masalah tapi tidak bisa keluar, maka komisi atlet akan membantu," katanya.

Koran Tempo, 19 Mei 2010

Rabu, 12 Mei 2010

Info Pendidikan

Mutiara dari Kebumen


FITRIYAN Dwi Rahayu ialah satu dari lima siswa yang meraih predikat terbaik dari hasil ujian nasional (UN) SMP2010. Siswa lain yang memiliki prestasi sama dengan Fitriyan dari Bali dan Jatim.
Nilai UN mencapai 9,95 atau nilai yang tidak genap 10 hanya bahasa Inggris, . hanya memperoleh nilai 9,8.Fitriyan ialah anak desa yang berasal dari keluarga seadanya. Ayahnya, Cipto Raharjo, hanya bekerja wiraswasta. Ibunya, Sukarni Mugi Rahayu, ialah seorang staf kantor desa. Rumahnya di Desa Jatiluhur, Kecamatan Karanganyar, Kebumen, Jateng.Saban hari, Fitriyan harus mengayuh sepeda sepanjang 3 km untuk mencapai sekolahnya. Kalau tidak ada tambahan jam pelajaran, dia berangkat ke sekolah pukul 06.30 WIB. Namun, jika ada tambahan pelajaran, ia berangkat pukul 05.30 WIB. "Karena kalau ada tambahan jam pelajaran, masuk kelaspukul 06.00 WIB," ujarnya.
Fitriyan bukanlah anak eksklusif yang ogah bergaul. Justru ia memiliki kawan banyak karena sering dimintai tolong mengajari pelajaran, khususnya matematika.Untuk ke sekolah setiap hari, ia tidak menggunakan jasa angkutan umum. Ia lebih memilih berhemat, naik sepeda bersama teman-temannya. "Kalau naik sepeda kan tidak mengeluarkan ongkos angkutan. Apalagi teman-temannya yang naik sepeda banyak sehingga berangkat ke sekolah tidak terlalu terasa capeknya," katanya.
Seluruh buku pelajaran, khususnya yang menjadi kesukaannya, yakni matematika, ia lahap. Bahkan, ia juga tetap menyempatkan untuk membaca buku lainnya."Kalau novel favorit saya adalah Sang Pemimpi karangan Andrea Hirata. Berkali-kali saya membaca novel itu dan tak pernahbosan. Sungguh, novel itu menjadi motivasi. Saya bisa jadi bermimpi dan ingin mewujudkan cita-cita. Saya ingin jadi ilmuwan," tambah anak kedua ini.
Ia memang terbiasa membaca buku-buku lain karena di rumahnya dijadikan perpustakaan desa. Praktis setiap saat dia bisa menyalurkan hobi membaca bukunya. Sesekali Fitriyan juga bermain gitar untuk menyalurkan hobi lainnya, di samping membaca.Baginya, tidak ada waktu khusus buat belajar karena bisa dilakukan sewaktu-waktu. "Cara belajar saya juga biasa saja, sama dengan yang lainnya. Tidak ada waktu khusus untuk belajar, kadang siang, ada katanya malam. Pokoknya kalau ada waktu, saya sempatkan untuk belajar," ujarnya. Ibunya, Sukarni, juga menyatakan anaknya sama saja dengan anak lainnya.
Tetap bermain, bercanda, ngerumpi bareng temannya dan tidak ada yang khusus dari masa remajanya. "Tapi memang sejak di SD Negeri 1 Jatiluhur, prestasinya memang sudah bagus. Sejak SD sudah menduduki rangking pertama sekolah." Beruntung, selepas SD, ia menemukan sekolah yang cocok, yakni SMP Negeri 1 Karanganyar. Sekolah di kecamatan di kabupaten kecil di Jateng tersebut memiliki cara belajar yang efektif sehingga mampu membuat siswa termotivasi untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.Menurut Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Suparmin, ada dua kebijakan prinsip yang diambil sekolah, yakni disiplin dan jangan pernah ada jam pelajaran kosong.
Media Indonesia, 10 Mei 2010

Selasa, 11 Mei 2010

Info Olahraga

DPR Minta Revisi Keppres SEAG


Komisi X DPR RI menilai penunjukan empat provinsi sebagai tuan rumah SEA Games (SEAG) ke-26 Indonesia sarat bermuatan politis dan bukan untuk memajukan olahraga di Indonesia.
Panitia Kerja (Panja) SEAG 2011 meminta pemerintah merevisi Keputusan Presiden (Keppres) terkait penetapan tuan rumah SEAG tersebut.Menurut anggota Komisi X DPR RI Utut Adianto, desakan revisi Keppres tersebut berkaitan erat dengan anggaran yang harus disiapkan untuk penyelenggaraan ajang multievent tersebut. Sejauh ini anggaran yang diproyeksikan hanya sebesar Rp2,02 triliun. ”Apa substansi empat provinsi? Menurut saya,tidak ada dan sangat berbau kepentingan politis. Sebaiknya, pemerintah lebih fokus memajukan olahraga itu sendiri, jangan memolitisasi olahraga. Keppres itu belum mutlak dan bisa direvisi,” kata Utut, setelah Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Sekretaris Menteri Olahraga dan Pemuda Wafid Muharam di Gedung DPR kemarin. Dalam kesempatan tersebut, hadir perwakilan empat provinsi, yakni, Sekda DKI Jakarta Muhayat, Sekda Provinsi Sumatera Selatan Musyrif Suwardi, Sekda Jawa Barat Lex Lesmana, dan Sekda Jawa Tengah Hari Prabowo.Menurut anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut, penunjukan empat provinsi (Sumsel,DKI Jakarta,Jateng, Jateng) hanya menghambur-hamburkan anggaran. ”Mereka meminta satu provinsi Rp1 triliun,sedangkan menurut kami Rp700 miliar sudah cukup. Dengan proyeksi anggaran yang ada (Rp2,02 T),jika digelar di empat wilayah, jelas anggarannya kurang sekali,” ujar mantan atlet catur tersebut. Masih menurut Utut, meski Keppres tentang Tuan Rumah SEAG sudah keluar, bukan berarti hal itu tidak dapat direvisi.Apalagi, perhelatannya masih menyisakan waktu sekitar 1,5 tahun lagi.Pemerintah juga didesak untuk memiliki good will dalam memajukan olahraga. Dan, itu bisa ditunjukkan dengan adanya keputusan perubahan tuan rumah SEAG menjadi satu provinsi. ”Untuk pemerataan, sebaiknya Sumatera Selatan lebih layak menjadi tuan rumah. Hal ini berkaitan dengan desentralisasi,”ujar Utut. Utut menilai ada tiga sukses yang harus diraih dalam penyelenggaraan SEAG nanti. Di antaranya, sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, dan sukses dampak ekonomi.Namun,hal itu tidak bisa dicapai jika digelar di empat daerah. ”Mending kita fokus saja dengan penyelenggaraan yang bagus,” ucap Utut. Sementara Sesmenpora Wafid Muharam mengaku siap menerima semua masukan dari anggota DPR, khususnya Komisi X Panja SEAG. Namun, pihaknya akan tetap melakukan rapat secara internal yang akan mengacu pada Keppres SEAG di empat provinsi. ”Untuk SEAG nanti,kami masih kekurangan dana sebesar Rp1,034 triliun.Kekurangan itu untuk bonus atlet Rp100 miliar, kelanjutannya renovasi prasarana venue Rp530 miliar,dan pelaksanaan penyelenggaraan Rp404 miliar,” kata Wafid, yang didampingi Wakil Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan Bambang Jasminto dan Deputi Kepala Bappenas bidang SDM dan Kebudayaan Nina Sarjunani. Setelah melalui pembahasan selama empat jam sejak pukul 10.00 WIB, dihasilkan beberapa kesimpulan. Pertama,mendorong SEAG dan ASEAN Paragames agar tetap terlaksana di Indonesia.Kedua, pemerintah diminta membuat simulasi dengan alokasi terbatas, yakni Rp350 miliar. Ketiga, pemerintah dan panja sependapat agar pembukaan dan penutupan di satu provinsi saja.Keempat, panja belum menetapkan tempat yang ditunjuk untuk pembukaan dan penutupan.
Sindo, 11 Mei 2010