Kamis, 14 Juli 2011

Pendidikan


YANG PERLU DIKETAHUI SOAL PENDIDIKAN DI INGGRIS


Inggris merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan untuk melanjutkan studi. Baik bagi para pemburu beasiswa, maupun yang studi dengan biaya sendiri. Nah, sebelum memutuskan akan bersekolah di mana, ada baiknya mengetahui bagaimana institusi pendidikan di Inggris. Panduan yang dibuat Hotcourses ini, bisa membantu untuk mengenali institusi pendidikan di Inggris. Simak, yuk!
Di Inggris, terdapat lebih dari 170 institusi pendidikan dan lebih dari 500 lembaga pendidikan lanjutan yang menawarkan berbagai pilihan program kuliah dan mata kuliah yang mungkin tak ditemukan di institusi pendidikan di negara lainnya. Standar mutu juga telah ditetapkan untuk menjamin diperolehnya derajat pendidikan tertentu. Contohnya, semua universitas dan kolese di Inggris yang memberikan gelar, sebelumnya harus sudah mendapatkan wewenang khusus untuk memberikan gelar oleh Pemerintah Inggris Raya. Program kuliah dan institusi juga dipantau dan dievaluasi secara teratur.
Sebagai informasi, secara garis besar, institusi-institusi pendidikan terbagi menjadi kolese pendidikan tinggi, universitas, dan institusi pendidikan lanjutan. Mari kita kenali satu per satu!
Kolese pendidikan tinggi
Kolese di Inggris Raya memberikan rentang tingkatan kualifikasi yang cukup beragam, cenderung lebih santai dibandingkan universitas. Kolese lebih menekankan pada pembelajaran di kelas dan praktik lapangan. Kebanyakan kolese pendidikan tinggi tidak berhak untuk memberikan gelar atas nama mereka sendiri. Oleh karena itu, lazimnya mereka bekerja sama dengan sebuah universitas yang berhak untuk memberikan gelar. Kolese biasanya menawarkan pendidikan yang mencakup berbagai jenjang, dari kualifikasi kejuruan, A-level (kualifikasi tingkat sekolah di Inggris Raya), program kuliah akses dan dasar untuk memasuki jenjang universitas serta beberapa kualifikasi gelar penuh lainnya.
Universitas
Universitas memberikan kualifikasi tingkat sarjana (BA, BSc dan BEng) dan pascasarjana (MA, MBA, dan PhD) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
• Universitas Kampus
Universitas Kampus menyediakan semua yang dibutuhkan dalam satu tempat. Biasanya merupakan universitas baru, berdasarkan sebuah kampus yang dibangun sesuai tujuan, pada umumnya di pinggiran kota, walau ada pula yang di tengah kota. Pembangunan gedung ini mencakup ruang jurusan universitas, balai kuliah, perpustakaan, fasilitas olahraga dan belanja. Ada kemungkinan terdapat pula pilihan fasilitas akomodasi. Tujuannya adalah menyajikan komunitas pendidikan dan fasilitas pembelajaran dalam satu kampus.
• Universitas non-kampus
Apabila Anda ingin lebih membaur dengan komunitas penduduk setempat, universitas non-kampus merupakan pilihan yang paling tepat. Biasanya banyak dijumpai di kota besar dengan bangunan yang menyebar di satu area. Mereka cenderung universitas lebih tua yang telah secara alami bertumbuh-kembang selama bertahun-tahun dan memiliki jurusan di lokasi yang berbeda. Mayoritas dari universitas jenis ini memiliki asrama, meskipun Anda harus berpindah-pindah antara lokasi berkuliah.
• Universitas Terpadu
Beberapa universitas di Inggris Raya, khususnya yang tertua seperti Cambridge, Oxford dan York, sebenarnya terbentuk dari beberapa kolese kecil. Walaupun Anda terdaftar sebagai salah satu mahasiswa dari universitas, tiap kolese berperan sebagai kampus kecil. Kolese Anda akan menyediakan akomodasi, fasilitas, kehidupan sosial dan hiburan, meskipun Anda akan belajar bersama para mahasiswa dari kolese lain, dan bebas untuk menggunakan fasilitas yang lain itu.
Kolese pendidikan lanjutan
Banyak mahasiswa yang memilih kolese pendidikan lanjutan (FE). Sekolah ini termasuk city college, kolese teknologi, dan kolese daerah, yang nama-namanya bervariasi. Anda dapat ikut serta dalam berbagai macam program studi dan kualifikasi di FE, dan memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan industri lokal.
Sejumlah besar kolese kini menarik perhatian para mahasiswa dari luar negeri dengan memberikan program kuliah dasar satu tahun dan program pra pascasarjana dengan tujuan mereka mempersiapkan diri untuk pendidikan gelar sarjana dan pascasarjana.
Work-based study (pendidikan sesuai bidang kerja)
Jika Anda sudah terpikir mengenai jenis pekerjaan tertentu seperti arsitektur, hukum atau dokter gigi, Anda dapat mendaftar di sekolah profesi atau kolese di Inggris Raya sambil bekerja sebagai staf junior di salah satu perusahaan. Program kuliah semacam ini tidak dikelola oleh institusi pendidikan formal, namun diakreditasi oleh organisasi profesional seperti Chartered Institute of Marketing atau the Association of Chartered Certified Accountants.
Kalender akademik
Tahun ajaran baru biasanya dimulai pada bulan September dan berakhir pada bulan Mei. Sering kali dibagi menjadi dua periode atau semester. Periode pertama berlangsung sampai Desember, sebelum libur di akhir tahun. Semester kedua dimulai pada bulan Januari hingga Mei.
Kursus Bahasa Inggris
Dalam satu kurun waktu tertentu, terdapat sekitar 600.000 mahasiswa dari seluruh dunia belajar bahasa Inggris di Inggris Raya. Kursus itu meliputi persiapan ujian seperti IELTS, TOEFL, Ujian Cambridge dan GMAT. Kursus bahasa Inggris lainnya bertujuan untuk mempersiapkan Anda memasuki jenjang universitas atau untuk bisnis dan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing.

Kursus dapat dalam bentuk bahasa Inggris umum dan intensif bagi pemula ke atas, hingga kursus yang secara khusus ditujukan untuk pendidikan lanjutan, seperti English for Academic Purposes (EAP), atau kursus bahasa Inggris khusus untuk memasuki jenjang universitas. Masing-masing memiliki perbedaan waktu penyelenggaraan, bergantung pada tempat pendidikan yang Anda pilih. Setiap institusi juga memiliki persyaratan khusus pendaftaran dan tenggat waktu. Silakan hubungi institusi yang Anda pilih untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap.
Sumber : www.kompas.com

Rabu, 06 Juli 2011

Info Pendidikan

Beasiswa Lambat, Siswa Berprestasi “Menjerit”

Para pelajar yang berhasil menorehkan prestasi di kancah olimpiade internasional seyogianya berhak mendapatkan beasiswa unggulan sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Pemerintah Indonesia. Nyatanya, pelajar-pelajar berprestasi itu mengeluhkan lambannya proses pencairan beasiswa unggulan tersebut.

Lambannya pencairan beasiswa membuat para siswa berprestasi khawatir dan bingung saat hendak melanjutkan kuliah di luar negeri. Pasalnya, mereka kerap terbentur dengan situasi yang berbeda, antara menunggu pencairan beasiswa yang selalu telat atau mengikatkan diri pada suatu kontrak studi dengan universitas di luar negeri.

"Beasiswa yang dijanjikan pemerintah keluarnya selalu terlambat. Saya mendengar itu dari teman-teman yang lebih dulu mendapatkan beasiswa di luar negeri. Beasiswa kita kalah cepat cairnya dari kontrak yang ditawarkan oleh universitas di luar negeri," kata peraih medali perunggu di Olimpiade Kimia 2009, Stephen Haniel Yuwono, Selasa (5/7/2011) malam, di Jakarta.

Siswa yang tahun ini lulus dari SMAN 1 Purwokerto itu menceritakan alasannya mengikat kontrak dengan National University of Singapore (NUS). Menurut dia, universitas di Singapura lebih proaktif mengundang siswa-siswa berprestasi untuk melanjutkan kuliah di Singapura melalui surat yang dikirim ke sekolah. Umumnya, para siswa berprestasi yang mengikat kontrak dengan universitas di luar negeri tidak berminat menunggu beasiswa dari Pemerintah Indonesia yang baru cair setelah semester pertama selesai, atau baru bisa melanjutkan kuliah pada tahun berikutnya.

"Beasiswa di Singapura memang kalah besar dari beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia. Dari Singapura saya dapat uang saku 5.000 dollar Singapura untuk biaya hidup selama satu tahun, padahal estimasinya saya perlu 10.000 dollar Singapura untuk satu tahun. Saya harus nombok (menutupi). Namun, tak masalah karena semua sudah diurus. Kami tidak dibebankan dengan biaya kuliah dan diberi uang saku untuk biaya hidup," tuturnya.

Sejatinya, Stephen dan pelajar Indonesia yang lainnya tidak ingin terikat kontrak dengan universitas mana pun di luar negeri. Mereka sedih dan kecewa jika dicap berkhianat karena terlibat dalam kontrak tersebut.

"Kami kecewa karena dianggap mengkhianati bangsa. Kuliah di luar negeri tidak mau pulang karena terikat kontrak beasiswa yang mengharuskan kami tinggal di luar negeri untuk beberapa waktu tertentu. Jangan salahkan kami kalau harus tidak kembali karena ada ikatan itu," ujarnya.

Sementara itu, Anugerah Erlaut, pelajar Indonesia lainnya yang telah lebih dulu melanjutkan studi di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, melalui beasiswa unggulan yang diberikan Pemerintah Indonesia, mengungkapkan hal senada. Mantan peraih medali emas di Olimpiade Biologi 2008 ini mengatakan, proses pencairan beasiswa unggulan dari Pemerintah Indonesia terlalu lama dan sangat terlambat. Beasiswa unggulan baru cair dua sampai tiga bulan setelah batas akhir pembayaran kuliah. Keterlambatan pencairan itulah yang membuat dirinya beberapa kali terpaksa meminjam uang dari bank di Singapura.

"Misalnya batas akhir bayar kuliah bulan September, tetapi beasiswa paling cepat baru bisa dicairkan pada Oktober. Malah ada teman-teman saya yang juga peraih medali olimpiade, tetapi belum mendapatkan beasiswa. Teman lainnya yang juga mantan peraih medali kimia hanya mendapatkan setengah dari beasiswa penuh yang dijanjikan," katanya.

Sumber : www.kompas.com

Sabtu, 02 Juli 2011

Pendidikan

Sumbangan Pendidikan
Lulus SNMPTN, Kok, Bayarnya Mahal Juga?




Kabar gembira lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan berhasil menduduki salah satu kursi di universitas bergengsi berubah menjadi sebuah keterkejutan. Setidaknya, hal itu dirasakan Benny, orangtua calon mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Putrinya diterima di Fakultas Ekonomi UGM setelah bertarung dengan puluhan ribu pendaftar. Namun, saat hendak melakukan pendaftaran ulang secara online, dikejutkan dengan salah satu tahapan, yaitu membayar Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA) yang jumlahnya terbilang besar, Rp 40 juta!
Benny mengatakan, pemahamannya sebagai orangtua dan anaknya, berpeluh dalam seleksi SNMPTN akan meringankan dari sisi biaya. Penarikan jumlah sumbangan yang besar bisa dimaklumi jika calon mahasiswa memilih masuk universitas negeri melalui jalur khusus, bukan SNMPTN yang notabene persaingannya sangat ketat. Jumlah penarikan SPMA itu disesuaikan dengan penghasilan orangtua, seperti yang tertuang dalam formulir yang diisi saat mendaftarkan SNMPTN.
"Tetapi tidak ada penjelasan bahwa penghasilan ini menjadi tolok ukur besar sumbangan. Dan kami, orangtua juga tidak tahu kalau jalur SNMPTN juga ada tarikan sumbangan sebesar ini. Begitu lulus (SNMPTN), kok harus bayar gede banget. Setahu saya, SNMPTN standar semua sama," ujar Benny, kepada Kompas.com, Jumat (1/7/2011).
Menurut Benny, hal yang sama juga disampaikan orangtua teman anaknya. "Teman anak saya lulus di Fakultas Hukum UGM, harus bayar 30 juta (rupiah). Kami bingung, SNMPTN, kok, begini, sih? Yang selama ini kita tahu, yang namanya SNMPTN semahal-mahalnya 5 juta, kemudian bayar uang pendaftaran, SKS. Itu makanya semua orang ngejar dan berjuang ke SNMPTN. Kalau melalui jalur ujian masuk mandiri, mahal kita maklum. Tetapi, ini SNMPTN," paparnya.
Apalagi, lanjut Benny, calon mahasiswa hanya diberikan waktu hingga 8 Juli 2011 untuk melunasi sumbangan tersebut. Meskipun besaran sumbangan disesuaikan dengan penghasilan orangtua, jumlah itu tetap dirasa berat untuk dibayarkan dengan batas waktu yang sangat singkat.
"Kami merasa dijebak. Bagaimana dengan orang yang tidak mampu (secara ekonomi) dan benar-benar mengandalkan kemampuannya berkompetisi di jalur SNMPTN yang imejnya dari dulu murah," kata Benny.
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam laman situs www.um.ugm.ac.id, besaran biaya pendidikan yang harus dibayarkan calon mahasiswa UGM sebagai berikut:
1. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP): Rp. 500.000,00/semester
2. Biaya Operasional Pendidikan (BOP):
* Program studi kelompok eksakta dan ilmu kesehatan: Rp. 75.000,00/SKS/semester
* Program studi kelompok non-eksakta: Rp 60.000,00/SKS/semester
3. Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA): SPMA merupakan sumbangan wajib dan dibayarkan satu kali pada waktu mahasiswa masuk. Besaran SPMA disesuaikan dengan kebutuhan fakultas/program studi masing-masing dan ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi orangtua mahasiswa, yaitu:
1. SPMA 0 (beasiswa Bidik Misi, beasiswa PBUTM, beasiswa SPMA Rp 0,-) untuk mahasiswa yang orangtuanya (bapak dan ibu) memiliki pendapatan ≤ Rp. 1.000.000,00
2. SPMA 1 untuk mahasiswa yang orangtuanya (bapak dan ibu) memiliki pendapatan antara Rp 1.000.001,00 hingga Rp 2.500.000,00
3. SPMA 2 untuk mahasiswa yang orangtuanya (bapak dan ibu) memiliki pendapatan antara Rp 2.500.000,00 hingga Rp 5.000.000,00
4. SPMA 3 untuk mahasiswa yang orangtuanya (bapak dan ibu) memiliki pendapatan antara Rp 5.000.001,00 hingga Rp 7.500.000,00.
5. SPMA 4 (PBS) untuk mahasiswa yang orangtuanya (bapak dan ibu) memiliki pendapatan ≥ Rp. 7.500.000,00
Besaran jumlah SPMA tergantung pada penghasilan orangtua, yang setiap fakultas dan jurusan besarannya berbeda. Untuk Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi, misalnya, sumbangan terendah Rp 10 juta dan tertinggi Rp 40 juta. Sementara, di Fakultas Kedokteran, untuk Pendidikan Dokter, sumbangan terendah Rp 10 juta dan tertinggi hingga Rp 100 juta.

Sumber : www.kompas.com